Friday 22 January 2016

Kekejaman Raja-Raja Nusantara

Selama ini kita hanya mengenal sejarah raja-raja Nusantara terbagi dalam 3 periode, periode pendirian yang dilakukan raja yang kuat dan ambisius, periode kejayaan yang dipimpin oleh raja yang arif bijaksana, dan periode kehancuran yang dikomandoni raja yang lemah bin manja. Tetapi, di balik itu semua tersimpan daftar kelam raja-raja Nusantara berkaitan dengan wewenangnya sebagai seorang kepala negara dan kepala pemerintahan. Berikut daftar kekejaman raja-raja Nusantara :

Kertajaya memaksa para Brahmana untuk menyembahnya
Raja Kediri Kertajaya (1194-1222) menyatakan diri sebagai seorang dewa. Pengakuan menyatakan diri sebagai dewa sendiri didasarkan pada anggapan rakyat pada masa itu bahwa raja merupakan titisan dew. Keuasaan absolut seringkali membuat seorang raja bertindak berlebihan seperti yang dilakukan Kertajaya. Alih-alih bersikap arif sang raja Kediri justru memrintahkan rakyat dan para brahmana untk menyembahnya. Merasa tak tenang para Brahmana kemudian mendukung Ken Arok yang akhirnya berhasil membunuh Kertajaya dalam pemberontakan di th 1222.

Kertanegara mengiris telinga duta Mongol
Pewaris tahta dari Ken Arok sekaligus raja terbesar kerajaan Singasari melakukan tindakan yang sangat kejam dengan mingiris telinga dan hidung duta Mongol, Meng Khi. Hal ini disebabkan Kertanegara merasa sangat marah karena maksud kedatangan duta Mongol utuk meminta Singasari menjadi bawahan dai kekaisaran Mongol di bawah kepemimpinan Kubilai Khan. Tetapi, sebagai seorang raja besar idak sepatutnya Kertanegara melakukan sebuah hukuman tau tindakan yang kejam kepada seorang utusan. Dan bisa ditebak tindakan kejam Kertanegara dibalas Kubilai Khan dengan mengirimkan armada perang ke Jawa dengan maksud menghukum Kertanegara.

La Pateddungi memperkosa rakyatnya
Kerajaan Wajo yang terletak di Sulawesi berdiri pada abad ke-15 dan didirikan oleh 3 kelompok besar di Wajo, Battempola, Talo'tenreng, dan Tua'. raja kerajaan ini bergelar Batar Wajo. Batara Wajo I dan II memerintah dengan baik, tetapi penerusnya Batara Wajo III memerintah dengan lalim. La Pateddungi (Batara Wajo III) dikenal suka mengambil istri dan anak perempuan rakyatnya sendiri untuk diperkosa..

Ratu Shima
Ratu Shima koon memerintah daerah sekitar Purwodadi, beliau dikanl sebagai ratu yang tegas meskipun juga kejam. Sang Rat tidak segan-segan menghukum rakyat atau kerabatnya sendiri bila terbukti melanggar aturan. Bahkan di suatu kisah pernah sang Ratu berniat memotong kaki pangerannya sendiri karena menginjk koin emas yang bukan miliknya i sebuah pasar, meskipun hukaman ini bisa diganti dengan hukuman lain yang lebih ringan. tapi dari cara Ratu Shima yang tidak pandang bulu bisa dilihat betapa mengerikannya beliau.

Sultan Iskandar Muda
Sultan paling terkenal dan terbesar dari Kerajaan Aceh ini ternyata juga memiliki sisi kejam yang menakutkan. Augustin de Beaulieu, pelaut Prancis yang sempat menetap di Aceh saat kekuasaan Sultan Iskandar Muda menyebutkan bahwa tak seharipun hari berlalu tanpa hukuman mati yang dijatuhkan Sultan kepada rakyat atau musuhnya. Sang Sultan juga dikenal sebagai sultan yang keras kepala.. Bukan tanpa alasan bila Sultan Iskandr Muda bertindak begitu keras karena beliau berniat menegakkan wibawa Raja di tengah gempuran ekspedisi pelaut-pelaut Eropa dan dominasi kalagan bangsawan. Hukuman mati yang dijatuhkan oleh Sultan juga terbilang kejam dan mengerikan mulai dari pemotongan anggota tubuh, diinjak gajah, menjepit dengan dua batang kayu yang dibelah, dan menumbuk kepala orang. Meski kejam tetapi Sultan berhasil membangun Aceh menjadi kekuatan dominan di Sumatera dan berhasil mengintimidasi portugis mauun inggris.

Sultan Agung
Sultan Agung dikenal sebagai sultan terbesar Kerajaan Mataram Islam. Pada masa kepemimpinannya tercatat Sultan pernah memerintahkan penyerangan ke Batavia (sekarang Jakarta)  pada 1628. Naun, sayangnya meski sudah dikepung selama 30 hari tapi pasukan Mataram etap saja kalah. Kekalahan ini menimbulkan kemarahan Sultan yang langsung memerintahkan eksekusi mati terhadap 2 panglimanya Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandadureja, serta prajuritnya karena gagal merebut Batavia. Ketika itu VOC menemukan 744 mayat prajurit Mataram yang tidak dikuburkan danbeberapa di antaranya tanpa kepala.

Sultan Amangkurat I
Tahta Mataram kembali meminta darah, Sultan Amangkurat I yang berebut tahta dengan Pangeran Alit, yang akhirnya dia bunuh demi muluskan jalan menuju tahta membunuh kaum ulama yang dianggap berkonspirasi dengan Pangeran Alit untuk menentangnya. Pembantaian terjadi di alun-alun Plered tahun 1647, ketika itu ribuan ulama yang dikumpulkan dibantai dalam waktu setenga jam.


No comments:

Post a Comment