Thursday 29 June 2017

Catatan Kecil Review one piece chapter 870



Setelah vacuum cukup lama karena kemarin masih asyik libur lebaran, akhirnya kita kembali berjumpa di chapter 870. Yoshh tanpa basa basi langsung saja kita bahas hapter yang masih hangat ini. Di mulai dari cover story yang masih menceritakan salah satu aliansi Luffy dalam armada besar topi jerami, Bartolomeo dan krunya Barto Club. Kali ini Bartolomeo mencatatkan kejahatan terbesar di pelabuhan pulau tempat mereka singgah dengan mengalahkan seseorang yang berbadan besar yang kemungkinan pemimpin geng di pelabuhan itu. Dengan menggunakan asumsi chapter cover story Cavendish yang berkisar 5 episode bisa jadi chapter cover story  Bartolomeo juga akan berkisar 5 atau 6 episode, dengan ini berarti tinggal 3 atau 4 episode lagi sebelum cover story berganti ke aliansi Luffy yang lain.  Oda menyebutkan ini adalah hal pertama yang dilakukan oleh Bartolomeo berarti masih akan ada lagi kejadian-kejadian atau insiden yang melibatkan kru gila ini di pulau tempat mereka singgah yang semakin menegaskan mereka sebagai kru gila dan maniak.

Kembali lagi ke cerita utama, Big Mom yang kembali sadar terus menerus menyereang Big Father secara membabi buta. Serangan dari Big Mom menimbulkan luka yang serius bagi Bege karena seperti yang banyak kita duga bahwa pertahanan kastil Big Father tidak akan banyak membantu dan justru akan menjadi sasaran empuk bagi Big Mom dan krunya. Di tengah suasana yang serba tidak menentu di dalam tubuh Bege terjadi perdebatan antara Luffy dan Nami, di mana Nami berusaha mengingatkan Luffy yang hendak menyerang Big Mom tentang tujuan mereka yang sebenarnya ke WCI. Nami mengatakan bahwa Luffy sudah tidak memiliki alasan untuk bertarung di WCI selain mencari jalan keluar bagi mereka, bahkan mereka sudah melampaui tujuan mereka dengan menyelamatkan keluarga Sanji dari jebakan Big Mom. Bege sempat menawarkan ide keluar dengan mengembalikan tubuh Big Father ke wujud manusia normal, dengan kemampuan  gas Caesar Bege berniat untuk melarikan diri melalui udara alias terbang. Ide yang sebenarnya cukup masuk akal tapi terasa mustahil karena dengan banyaknya pengguna Bushoshku Haki di kru Big Mom maka mereka akan dengan mudah untuk dijatuhkan meskipun Caesar berubah menjadi gas. Sebagai seorang kapten Bege tampaknya Bege adalah kapten yang begitu peduli akan nasib awaknya meskipun jika berhadapan dengan orang lain ia sangat licik, sikap yang benar-benar mencerminkan penggambaran dirinya sebagai mafia yang biasanya begitu peduli pada 'anak-anak'nya namun kejam pada mereka yang mengganggu kepentingannya.

Momen terbaik pada chapter ini dipertontonkan ketika Vinsmoke Sanji mengungkapkan alasannya kenpa menolong keluarga yang pernah membuangnya dulu, ternyata Sanji melakukan itu semata-mata bukan karena ia anak dari Jadge tapi lebih karena nilai yang begitu kuat yang telah ditanamkan oleh Zeff yang membuat Sanji akan merasa malu untuk bertemu dengannya lagi bila ia membiarkan 'keluarganya' mati tanpa ada usaha dari dia untuk menyelamatkannya. Di momen ini pula lah Sanji secara terang-terangan memutuskan hubungan dengan Vinsmoke yang telah menganggapnya mati 13 tahun lalu. Judge yang tidak mau merasa berhutang budi pada anak yang ia anggap 'gagal' berjanji kepada Sanji untuk tidak menemuinya lagi dan juga tidak akan mengganggu East Blue tepat di mana Zeff dan Restoran Baratie berada dan selanjutnya ia mengajak keempat ranger vinsmoke untuk menjadi umpan demi memuluskan ide Bege untuk kabur dengan memanfaatkan kemampuan Caesar. Seperti dugaan banyak pihak segera setelah mereka keluar dari tubuh Bege mereka langsung diberondong oleh anak-anak Big Mom, tapi untungnya armor Vinsmoke cukup tahan menahan gempuran peluru anak-anak Big Mom. Hingga akhirnya api dari promotheus berhasil melukai Reiju. Meskipun Reiju sedang terdesak tapi Vinsmoke yang lain berada dalam situasi yang sulit yang tidak memungkinkan untuk menolong hingga akhirnya rasa kemanusiaan dari Luffy dan Sanji membuat mereka melupakan perkataan Nami dan keluar dari tubuh Bege untuk menahan serangan Big Mom yang tertuju pada Reiju. Sepertinya aksi kabur dari kemarahan Big Mom tidak akan semulus di otak Bege. Oda sangat mengindari kematian karakter penting dan sepertinya jikapun harus ada yang mati maka Judge lah yang menjadi korban demi mengubah haluan pergerakan Germa 66. Ambisi Judge untuk menguasai North Blue melalui jalan perang harus direvisi dan Germa sebagai kekuatan yang unggul di bidang ilmu pengetahuan teknologi militer akan sangat disayangkan bila tak berada di sisi Luffy nanti di perang akhir.
 

Friday 16 June 2017

Catatan Kecil Review one piece chapter 869



Well akhirnya chapter terbaru rilis juga, judul chapter kali ini sudah dapat menggambarkan keseluruhan jalannya cerita yaa sesuai dengan judul kali ini aliansi Bege Luffy yang tampak solid di awal benar-benar di ujung tanduk. Setelah KX Launcher hancur sebelum mengenai tubuh Big Mom mereka dalam keadaan yang bahaya karena berada di tengah-tengah musuh yang mulai bisa beradaptsi dengan keadaan. Sebelum kita melanjutkan ke jalannya cerita akan lebih asyik jika kita membahas dulu cover story, sesi Cavendish sepertinya sudah berakhir dan kali ini sesi berganti ke Bartolomeo. Kru yang berlayar tanpa arah yang jelas akan berlabuh di sebuah pulau yang penduduknya tampak ketakutan dan tidak terlalu menyambut kedatangan mereka dengan gembira, tapi Bartolomeo dan anak buahnya tidak terlalu memperdulikan hal itu. Mereka malah asyik dengan kehebohan mereka sendiri. Barto Club sepertinya lebih gila daripada kru Mugiwara sendiri. Scene dari Barto selanjutnya tampak berada di sekitaran pulau itu.

Berlanjut ke tempat pesta yang berubah menjadi perang. Bege yang menunjukkan kemampuannya dengan berubah menjadi kastil raksasa yang dijuluki Big Father segera menjadi tempat berlindung sementara bagi para aliansi. Usaha yang segera mendapat hadangan dari anak-anak Big Mom, di mana Katakuri berhasil mengambil Brulee dari tangan Caesar yang sedang berusaha melarikan diri ke dalam Big Father. Smoothie yang berhasil menangkap Nami. Daifuku berhasil menangkap Carrot, dan Oven yang berhasil menangkap Chopper. Katakuri pantas menjadi Sweet Commander no 1 di armada Big Mom ia berhasil membunuh beberapa anak buah Bege dengan keterampilannya menembak kerikil dengan tangan kosong yang kecepatannya setara dengan peluru. Selain itu ia juga menjadi anak dari Big Mom yang paling cepat bertindak selama insiden percobaan pembunuhan Big Mom, ia cepat mengetahui keberadaan Luffy yang asli dan sempat nyaris berhasil menghentikan aksi Luffy dalam merusak poto Mother Caramel. Saat Big Mom kehilangan kesadaran Katakuri pula lah yang membuat penyumbat telinga dari Mochi yang membuat anak-anak Big Mom kembali leluasa bergerak. Dalam serangan balik yang coba dilancarkan Bege dengan menembakkan meriam raksasa dari Big Father ke arah Big Mom juga berhasil dihentikan Katakuri dengan menyumbat meriam tersebut dengan mochi miliknya. Selama arc WCI Katakuri pantas menjadi bintang utama dengan segala tindakan dan pergerakannya yang cepat dan tangkas. Buah iblis yang dimilikinya yang sempat menjadi kontroversi antara paramecia atau logia terbukti benar-benar ampuh dalam menghadapi aliansi Bege dan Luffy, di mana serangan fisik pasti akan menjadi jebakan karena sifat Mochi yang lengket tapi jika tidak diserang langsung juga tambah merepotkan karena kenbun Katakuri berada dalam level dewa.

Scene yang menarik dalam chapter ini adalah kemunculan Germa 66 dengan armor tempurnya, di mana scene saat kemunculan mereka mirip dengan scene saat power ranger berubah wujud. Tentu yang paling menarik adalah momen saat Reiju berubah wujud dengan pancaran sinar membalut setengah dari tubuhnya. Ketika dalam mode armor tempur ini Germa 66 akhirnya menunjukkan kekuatannya, di mana Ichiji berhasil melelehkan permen perospero, Niji yang berhasil memukul mundur Oven. Kekuatan Oven memang membuat benda yang disentuhnya menjadi panas tapi hal itu tentu tidak terlalu berpengruh terhadap kekuatan listrik Niji. Sementara racun dari Reiju akhirnya bisa memaksa Smoothie melepaskan Nami dan Yonji berhasil memukul mundur Daifuku. Kekuatan tempur yang terlalu bergantung pada armornya sebenarnya menjadi sisi lemah mereka, di mana mereka menjadi tidak selalu sigap dan siap tempur, berbeda dengan Sanji yang telah melalui pelatihan keras sehingga dia tidak perlu alat atau senjata untuk bertarung dan mempertahankan diri.

Di dalam kastil setelah semua aliansi ditambah Germa berkumpul Bege mulai menjelaskan kemampuan kastilnya yang meskipun sangat kokoh tapi rentan digempur apalagi dengan tubuh besar tentu akan sulit bergerak dan melarikan diri, apalagi saat ini tangan dan kaki Big Father sudah dikunci oleh permen perospero. Belum sempat rencana disusun dengan rapi Big Mom sudah keburu sadar dan langsung menyerang Big Father, tak pelak pertarungan antara Big Father dan Big Mom akhirnya terjadi. Dalam serangan Big Mom ia berhasil menghancurkan beberapa bagian kastil yang menyebabkan Bege terluka. Seperti yang dijelaskan Bege bahwa kastil Big Father adalah tubuhny sendiri sehingga apabila kastil hancur maka ia akan mati dan semua yang ada di dalam kastil akan terlempar, skenario yang akan dihidari karena jika mereka keluar sudah pasti Big Mom dan armadanya akan langsung menghajar mereka.

Mimin sendiri yakin jika Bege tidak akan mati, ia menunjukkan rasa kesetiakawanan yang tinggi terhadap aliansinya dengan menjadikan tubuhnya sebagai tempat perlindungan meskipun resiko terburukny ia akan  mati, sisi Bege yang memegang teguh aliansi inilah yang akan sangat disayangkan jika mati di arc ini. Kotak Tamatebakko masih menjadi kunci atau salah satu kunci untuk lolos dari kepungan Big Mom Family, meskipun kotak tersebut jatuh akibat ulah Du Feld yang berusaha membukanya terganggu oleh teriakan Big Mom tapi bisa jadi kotak tersebut ketika jatuh dibuka oleh salah satu bawahan Bg Mom dan mengakibatkan ledakan besar yang menyebabkan longsor di atap tempat pesta minum teh digelar. Arc WCI menjadi gambaran betapa susahnya menjatuhkan seorang Yonko, Bege yang menyusun rencana selama setahun dengan terlebih dahulu menyusup menjadi anak buah Big Mom pun gagal total. Sekali lagi Big Mom tidak akan jatuh dan aliansi akan bisa kelur hidup-hidup dan bubar begitu keluar dari arc WCI.

Friday 9 June 2017

Catatan Kecil Review one piece chapter 868



Yoshh setelah minggu kemarin absen dalam mereview chapter one piece kali ini mimin kembali mereview chapter yang baru rilis, chapter 868. Cover story kali ini masih membahas mengenai Cavendish salah satu kapten bajak laut yang beraliansi dengan Luffy dalam Armada Besar Bajak Laut Topi Jerami. Dalam kisah perjalanannya Cavendish menyebutkan bahwa ia tidak memiliki musuh yang mengharuskannya untuk mengangkat senjata. pernyataan yang ditanggapi dingin oleh Sulaiman seorang petarung di gladiator yang baru bergabung dengan Cavendish setelah terbentuknya armada besar topi jerami. Tampak ada 2 kapal bajak laut yang mengejar kapal Cavendish karena ngefans banget dengan sosok Cavendish. :D

Kembali ke alur cerita, dalam chapter sebelumnya Big Mom kecil telah meninggalkan Elbalf bersama dengan Caramel dan anak-anak panti lainnya ke sebuah pulau. Tapi insiden pesta ulang tahun Big Mom di mana tanpa sadar Big Mom memakan Caramel dan anak-anak panti lainnya saat tengah asyik makan kue ulang tahun membuat Big Mom menjadi sendiri lagi. Meskipun Big Mom sampai saat ini tidak menyadari dan tidak mengetahui bahwa hilangnya Caramel dan rekan-rekan pantinya karena mereka sudah mati dimakan olehnya tapi peristiwa itu disaksikan oleh 2 orang yang pertama adalah salah satu pejuang Elbalf yang ingin melihat keadaan Caramel, dan satu lagi seorang koki yang juga mantan bajak laut yang sudah lama tinggal di pulai itu, Streussen. Menyebarnya kejadian itu di telinga ras raksasa lain membuat kebencian mereka terhadap Big Mom bertambah hingga tidak ada satupun yang mau tinggal di negeri impian Big Mom. Big Mom sendiri tidak bisa memaksa ras Raksasa untuk tinggal seperti yang ia lakukan pada ras lainnya sesaat setelah ia bertekad untuk membentuk negeri impian tanpa ada diskriminasi ras. Impian yang diwariskan oleh Caramel begitu membekas hingga ia dan Streusen akhirya mengubah pulau tak berpenghuni itu menjadi Whole Cake Island seperti sekarang. Ia berusaha membentuk negeri damai yang didalamnya semua ras akan hidup berdampingan dengan damai dengan tangan besi. Ia tak segan membunuh negeri atau orang yang tidak sependapat dengannya sebaliknya ia akan membuat kesepakatan perdamaian dengan mereka yang mau tunduk padanya. Cara yang dalam kehidupan real banyak terjadi di mana semua orang ingin hidup damai tapi mereka tak segan menumpahkan darah orang yang tidak sepaham dengan mereka, hingga akhirnya perdamaian semu laih yang terwujud bukan perdamaian yang menentramkan jiwa. 

Streusen dan Linlin, 2 orang yang ditakdirkan untuk membentuk salah satu bajak laut terhebat yang pernah ada. Sekarang akhirnya kita mengetahui siapa rekan pertama Big Mom. Sosok Streusen saat ini tampaknya adalah yang menjadi Kepala koki Big Mom. Mungkin posisi yang tidak prestise tapi mengingat kemampuan buah iblisnya yang mampu mengubah apapun di dunia ini menjadi bahan makanan. Sebuah kemampuan unik yang membuatnya menjadi salah satu koki terhebat dalam dunia op selain Sanji dan Zeff, dan selalu diandalkan Big Mom untuk memenuhi nafsu makannya yang besar sekali. posisi yang menjadi kepercayaan penuh oleh Big Mom.

Kemarahan Big Mom terhadap Mugiwara karena telah menghancurkan satu-satunya foto Caramel yang tersisa membuatnya mengeluarkan haki yang bahkan mampu menghancurkan peluru KX launcher, sekali lagi terbukti omongan Caesar mengenai temuannya omong kosong. Senjata yang digadang-gadang akan mampu membunuh Big Mom hancur sebelum menyentuh Big Mom. Kelas Yonko memang berbeda. pendaat yang mengatakan bahwa Big Mom adalah Yonko terlemah di antara yang lain tampaknya terbantahkan, dilihat dari flashbacknya ia benar-benar monster bahkan potensi menjadi monster melebihi Luffy. Bayangkan saja pada usia yang baru 5 tahun ia sudah dihargai 50 juta, berbeda dengan Robin yang dihargai tinggi sejak kecil karena pengetahuannya akan sejarah. Big Mom dihargai dengan tinggi karena benar-benar monster yang berbahaya. Sayangnya AL tak pernah bisa membunuhnya hingga ia menjadi Yonko.

Kekuatan buah iblis Big Mom yang ia dapat setelah memakan Caramel membuat kita menemukan satu lagi cara untuk mendapatkan kekuatan buah iblis orang lain, yaitu dengan memakannya hidup-hidup karena jika pemilik buah iblis tersebut dimakan dalam keadaan hidup maka iblis yang ada dalam tubuhnya yang biasanya akan beregenerasi ke buah terdekat yang memiliki bentuk yang sama dengan wujud buah sebelumnya saat sang pengguna mati akan terkurung di dalam tubuh orang yang sudah memakan pengguna sebelumnya dan otomatis menjadi kekuatan orang tersebut, seperti dalam kasus Big Mom yang memiliki kekuatan Caramel. Ia pun dengan segera menggunakan kekuatan itu untuk mewujudkan mimpinya.

Sesaat setelah KX Launcher hancur aliansi pun kalang kabut rencana kabur mereka pun hancur karena kekuatan teriakan Big Mom menghancurkan cermin yang menjadi satu-satunya jalan keluar bagi mereka dari atap istana Big Mom. Belum lagi mochi Katakuri berhasil membentuk semacam penutup telinga yang membuat anak-anak Big Mom dan para ksatria utama Big Mom bebas bergerak tanpa terpengaruh oleh jeritan Big Mom. Menghadapi mereka semua jelas bukan lah langkah bijak mengingat untuk menghadapi Cracker saja Luffy sudah sangat kewalahan bahkan dengan mode Gear 4, apalagi sekarang ada Katakuri dan Smoothie serta seluruh armada yang terkumpul lengkap. Sadar akan situasi yag terjepit Bege menggunakan kemampuannya sebagai manusia benteng dengan mengubah tubuhnya menjadi kastil raksasa, seluruh aliansi diminta untuk masuk ke dalamnya. Jika kita lihat sebenarnya bentuk seperti ini akan mudah diserang tinggal menunggu saja seberapa kuat Bege akan bertahan. Jalan kabur menurut mimin tetap akan melalui Cermin hanya saja perlu jalan berliku. Tidak ada korban mati di sini semua akan kabur dengan selamat. Hanya saja keributan yang kadung terjadi akan memberi deklarasi perang terhadap Big Mom. Aliansi Bege dengan Luffy tetap akan berlanjut meskipun gesekan antara Luffy dengan Bege akan terus terjadi..

Monday 5 June 2017

Faktor pemicu mundurnya pasukan Jengis Khan dari Eropa

Jika masih ada yang menganggap remeh pemanasan global, mungkin ada baiknya kita belajar lagi dari sejarah.


 
Pada 1206, Genghis Khan, seorang pemimpin suku dari kawasan utara Mongolia, mulai menguasai dunia. Dengan taktik yang tiada ampun dan pasukan yang setia, ia merebak ke seantero Asia menebar teror dan ketakutan. Satu demi satu, wilayah-wilayah jatuh ke bawah kekuasaan kekuatan Kekaisaran Mongol yang kemudian membentang hingga pantai timur Tiongkok. Beberapa serangan yang berhasil di Hungaria dan Polandia seakan menandakan Eropa pun akan takluk dengan mudah.
 

Namun demikian, seperti dikutip dari Science Alert pada Selasa (31/5/2016), kemenangan-kemenangan di Eropa mendadak terhenti. Begitu pasukan Mongol tiba di Austria, mereka mendadak pulang kembali ke Asia. Ada apa? Hingga saat ini, para ahli sejarah hanya bisa menebak-nebak karena keterbatasan ketersediaan catatan tertulis. Namun demikian, suatu penelitian yang dilaporkan dalam jurnal Scientific Reports menggunakan pendekatan lain untuk memecahkan teka-teki hengkangnya pasukan sang penakluk dari Eropa. Cincin-cincin batang pohon mengungkapkan adanya masa dingin dan basah selama beberapa tahun, sehingga "merusak tanah ladang dan mengurangi pergerakan, serta menurunkan daya guna pasukan militer berkuda Mongolia.".


Betikut ini adalah penjelasan ringkas tentang kebangkitan Mongol dan bagaimana perubahan iklim alamiah telah memaksa mereka membatasi kerugian dan menghentikan perang puputan.

Sebelum Hungaria

Setelah Genghis Khan meninggal pada 1227, ia mewariskan kepada Ogodei, putra ketiganya, suatu wilayah sangat luas yang membentang dari Tiongkok timur laut hingga ke Laut Kaspia, tepat di utara Iran sekarang ini. Secara keseluruhan, luas wilayah pendudukan itu sekitar 28 juta km persegi.

"Baik diukur berdasarkan total orang yang dikalahkan, jumlah negara yang diduduki, ataupun luas wilayah yang dikuasai, Genghis Khan menguasai lebih dari dua kali yang pernah dikuasai manusia manapun dalam sejarah," kata ahli sejarah Jack Weatherford dalam bukunya yang berjudul 'Genghis Khan and the Making of the Modern World'--diterjemahkan sebagai 'Genghis Khan dan Pembentukan Dunia Modern'. Setelah kematian sang ayah, Ogedei Khan meneruskan warisan ayahnya, Kekuasaannya meluas ke timur dan barat, hingga menududuki apa yang tersisa di barat laut Tiongkok dan merangsek ke Rusia, terbantu oleh masa basah yang memungkinkan pasukan Mongol membawa ribuan kuda melintasi gurun Gobi, yang merupakan gurun terbesar di Asia. Tidak sampai tahun 1240, kota Kiev telah diobrak-abrik dan kumpulan pasukan itu dengan kilat menuju ke barat. Pasukan berkuda dan taktik pendudukan mereka meluluhkan lantakan kota-kota Eropa dan, dengan demikian, membawa serta bubuk mesiu temuan bangsa Tiongkok. Rentetan kesuksesan kecil itu menghantarkan pasukan Mongolia ke Hungaria pada Maret 1241. Raja Bela IV melarikan diri dari istananya di kota Pest (sekarang Budapest). Pasukan Ogodei membantai sekitar 1 juta warga Hungaria, termasuk tentara, rohaniwan, kaum ningrat, ksatria, maupun rakyat jelata. Kekalahan itu terhitung sebagai salah satu yang paling berdarah di Abad Pertengahan.

Pada Desember 1241, Ogodei Khan meninggal secara mendadak. Sejumlah ahli sejarah berpendapat bahwa Batu, keponakan Ogodei, yang memimpin penyerbuan ke Barat, kemudian berputar kembali ke Karakorum, ibukto Mongolia, guna pemilihan pemimpin baru.

Tapi Batu tidak pernah kembali ke Mongolia dan malah bersemayam di selatan Rusia untuk memerintah bersama Kumpulan Keemasan (Kipchak Khanate), yang mendapatkan namanya berdasarkan kekayaan para penguasanya. Sementara itu, Toregene, istri Ogodei, naik tahta sebagai Khatun Agung.


Akhir yang Mendadak

Pada tahun berikutnya, semua berubah. Pasukan itu mendadak berputar ke selatan, bergerak melalui wilayah yang menjadi Serbia di masa kini, dan kemudian pulang lewat Rusia. Kaum keturunan mereka memang sering melakukan penyerbuan-penyerbuan ke kota-kota Eropa, tapi serangan besarnya sudah usai. Ada beberapa hipotesis yang diajukan untuk menjelaskan mengapa pasukan itu meninggalkan serangan ke barat. Tapi, para penulis makalah baru itu berpendapat bahwa tidak ada satupun yang cukup untuk menjelaskan perubahan arah tersebut.
 
Para penulis mengambil sejumlah contoh kayu dari 5 kawasan Eurasia untuk melacak cuaca pada masa penjelajahan terjauh bangsa Mongol tersebut. Secara khusus, pepohonan peka terhadap perubahan-perubahan kecil dalam kondisi iklim. Dalam tahun-tahun yang basah, pohon menambahkan lapisan-lapisan tebal inti batangnya. Selama tahun-tahun yang kering, cincin-cincinnya lebih tipis, karena lebih sedikit air yang terserap dalam pohon. Para mendapati adanya perubahan iklim sehingga Hungaria dan sekitarnya menjadi sangat dingin dan basah selama kira-kira 3 tahun, dari 1238 hingga 1241. Penambahan kelembaban dan lebih awalnya musim semi mengubah dataran Hungaria menjadi rawa-rawa yang tidak bisa dilalui oleh ribuan kuda andalan pasukan Mongolia sebagai alat pengangkutan dan senjata peperangan. Pada 1242, tahun terakhir penyerbuan di Eropa, para peneliti mengamati adanya keadaan yang sangat lembab. Hal ini mengakibatkan rusaknya panen, sehingga mengurangi pasokan pangan bagi pasukan Khan. Muncullah bala kelaparan yang menewaskan ribuan orang di kawasan itu. Ada dugaan para pemimpin pasukan Ogodei memilih jalur selatan ketika menjauh dari Eropa karena secara relatif masih lebih kering, demikian menurut para penulis.


Lalu apa yang terjadi pada pasukan Mongolia sesudah itu? Kematian Ogodei Khan mengundang perebutan kekuasaan di antara para putra dan cucu lelaki Genghis Khan sehingga semakin memecah belah Kekaisaran Mongol dan tidak pernah bersatu lagi. Namun demikian, kaum keturunannya lanjut mendirikan sejumlah dinasti di India (Mughal), Tiongkok (Yuan), Persia (Il Khanate), Imperium Timurid, Chagatai Khanate, dan Siberia (Golden Horde). Bangsa Mongol melanjutkan menetap di Kawasan Otonomi Mongolia Dalam di Tiongkok maupun di Mongolia masa kini. Di Mongolia, wajah Genghis Khan dipasang di mata uang, minuman vodka, kotak rokok. Namanya pun diabadikan sebagai nama bandara internasional di Ulaan Baatar, ibukota Mongolia.


Para ilmuwan semakin piawai memeriksa catatan iklim secara lebih rinci sehingga kita sekarang mengungkapkan lebih banyak tentang caranya iklim membentuk sejarah. Iklim yang tidak biasa diduga telah memungkinkan bangsa Polinesia untuk menyebar ke Pasifik Selatan, meruntuhkan kota-kota metropolis di Meksiko pada masa pra-kolonial, atau bahkan menndorong Attila dari bangsa Hun untuk menjajal teror terhadap Kekaisaran Romawi 800 tahun sebelum Genghis Khan. Para penulis laporan menyimpulkan bahwa penelitian mereka tentang mundurnya bangsa Mongolia dari Hungaria “menggambarkan kejadian ketika fluktuasi kecil pada iklim berpengaruh pada sejarah.” Seandainya tidak ada
perubahan iklim mungkin seluruh Eropa akan tunduk di bawah perintah Mongol.


Kesimpulannya juga memberikan pelajaran tentang masa depan iklim kita, yaitu bahwa diperlukan hanya beberapa derajat saja untuk mengubah arah sejarah manusia.